Senin, 25 Oktober 2010

Ketika Cinta Harus Memilih


Tergugah hatiku untuk menulis kisah bak di film ini, ketika beberapa hari yang lalu aku menerima sms di pagi hari dari seorang pemuda yang sudah kuanggap seperti adik sendiri. "Bu, saya sudah putus dengan Dewi", aku hanya mampu bengong membaca sms itu. Ada rasa tak percaya membaca sms itu, namun karena masih pagi aku bergegas menyiapkan segala kebutuhan anak-anak yang akan ke sekolah dan suamiku yang akan ke kantor.

Belum sempat aku membalas sms itu, telepon berdering yang ternyata dari Budi. Dia menceritakan kesedihannya dan beban yang demikian berat dirasakannya dengan keputusannya berpisah dengan Dewi. Dengan suara yang tertahan Budi mengatakan tidak sanggup mengalami kenyataan ini. Aku hanya mampu berkata,"Sabar.....semuanya belum berakhir, kita belum tahu rahasia Tuhan. Siapa tahu kalian suatu saat memang benar-benar berjodoh dan dimudahkan segala jalannya. Yang penting sekarang walaupun statusnya sudah tidak berpacaran tapi tetaplah jaga hubungan baik dengan Dewi".

Keesokan harinya gantian Dewi yang sms,"Ibu....apa salahku ya, kok ortunya Kak Budi tdk suka diriku?" Wahhh......aku kaget bukan main, karena diawal hubungan mereka yang aku tahu orang tuanya Dewi yang tidak setuju mereka berhubungan. Aku jadi bingung harus jawab apa dengan seorang gadis yang lagi sedih begini. Aku memang dekat dengan keluarga Budi terutama orang tuanya, tapi kalau untuk masalah seperti ini aku hanya bisa berpendapat ketika dimintai pendapat saja. Yahhh......jadilah aku hanya mampu berusaha menenangkan dan memberi semangat pada Dewi.

Usut punya usut akhirnya aku mendapat jawaban kenapa cinta mereka harus terhalang tembok tebal. Ternyata sekian tahun yang lalu kedua orang tua mereka pernah mempunyai masalah yang membuat hubungan orang tua mereka tidak baik hingga sekarang. Orang tua Budi tidak masalah dengan Dewi namun tetap tegas tidak mau berhubungan dengan orang tua Dewi, begitu pula sebalikkanya. Sangat memperihatinkan bagiku yang mengetahui hubungan Budi dan Dewi dari awal. Dewi, seorang gadis cerdas, sudah mapan dengan penampilan menarik sangat sayang kalau Budi harus mengambil keputusan meninggalkannya hanya karena memilih orang tua.

Kenapa dijaman modern seperti sekarang ini masih saja ada dua insan yang terhalang untuk menyatukan cinta mereka. Mungkin kalau masalah keyakinan yang berbeda dijadikan alasan, bisa jadi diterima dengan akal sehat. Namun ini hanya ego kedua orang tua malah tega mengorbankan kebahagiaan anak-anaknya. Tidakkah beliau-beliau mampu menyingkirkan harga diri demi kebahagiaan anak-anaknya. Mungkin Budi dan Dewi belum memiliki kekuatan untuk mendobrak tembok keegoisan orang tuanya sehingga harus mengorbankan cinta mereka. Namun aku tetap berharap suatu saat mereka mampu menyatukan cinta mereka yang suci.

Bukankah cinta itu anugerah Tuhan dan akan selalu ada kekuatan cinta jika kita yakin dan menjalaninya dengan tulus iklas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar